Arung Jeram dapat dikatregorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olah raga namun juga petualangan dengan berbagai resiko. Para penggemar olah raga ini mengatakan mengarungi arus sungai yang keras akan memberikan pengalaman baru dan juga sebagai obat dari kejenuhan dan kesibukan sehari-hari. Bukan hanya kerasnya air ketika kita melewati jeram –jeram ekstrtim yang dapat memacu adrenalin sehingga kita dapat berteriak sekeras kerasnya yang dapat kita nikmati selama mengarungi sungai, namun kita juga dapat menikmati sudut lain dari pemandangan alam sekitar.
Bagi para pecinta arung jeram dari kelompok pecinta alam atau klub arung jeram profesional, sungai-sungai di sulawesi – selatan menjadi surga yang menjanjikan karena selalu menawarkan tantangan yang eksotis serta didukung oleh pemandangan alam pada penampang pinggir sungai yang sangat menawan. Di sulawesi-selatan sendiri terdepat beberapa sungai yang layak untuk di arungi diantaranya sungai Rongkong dan Balease di kabupaten luwu utara, serta Sungai Ma’iting dan Sungai Sa’dan di kabupaten Tanah Toraja. Keempat sungai inilah yang sering menjadi
tempat para petualang sungai untuk mengarungi setiap jeram-jeram ganas menantang dengan berbagai tingkatan kesulitan.
Sungai pertama yang direkomendasikan untuk diarungi yaitu Sa’dan memiliki luas sampai 6.344 km persegi, dengan panjang sampai 182 km jauhnya. Menjulur ke arah barat dari Kabupaten Tana Toraja ke Kabutaen Pinrang. Sungai Sa’dan memiliki lebar rata-rata 80 meter dan mempunyai anak sungai sampai 294 jumlahnya. Memiliki jeram-jeram kelas IV sampai dengan pemandangan indah di kiri dan kanan sungai, menjadikan Sungai Sa’dan sebagai sungai yang tepat untuk petualangan arung jeram.Lama pengarungan di sungai ini adalah 2 hari full dengan menginap di tengah perjalanan. Sungai ini sering menjadi tujuan ekspedisi para penggemar arung jeram dan pada thn 90an tercatat pernah menelan korban jiwa beberapa mahasiswa pencinta alam dari Malang Jawa Timur. Menurut pengklasifikasian jeram, Sungai Sa’dan termasuk dalam Kelas IV yang dideskripsikan: “Sangat sulit, aliran sungai berjeram panjang dan berturut-turut dan berombak kuat, tak beraturan dan banyak batuan yang membahayakan, pusaran air yang berbuih-buih, lintasan sulit diintai. Diperlukan kendali yang tepat dan cepat. Diutamakan awak perahu yang berpengalaman dan perlengkapan yang terbaik. Di sungai ini terdapat beberapa jeram-jeram yang memiliki tingkat kesulitan bervariasi seperti Jeram ‘Puru’ yang berjarak sejauh dua kilometer akan menghadang ketika mulai mengarungi sungai ini. Jeram berikutnya diatas puru yang sudah siap menghadang bernama ‘Pembuangan Seba’. Jeram-jeram di sini bisa dikategorikan berkelas IV karena terasa besar sekali dengan penampang pinggir sungai yang terkadang lebar dan tiba-tiba menyempit dengan cepat. Ditambah tebing-tebing terjal di kiri dan kanan sungai, belum lagi keadaan sungai Sadang yang pelit dengan eddies (arus balik) sehingga membuat perahu terasa sulit untuk parkir di pinggir sungai. Jeram besar terakhir disungai sa’dan adalah jeram ‘Fitri’ dimana besarnya jeram ini dapat diklasifikasikan berkelas V, atau hampir tidak bisa dilalui sama sekali. Ini disebabkan karena patahan dan arus sungai yang menabrak batu besar membuat selalu ada kemungkinan perahu menempel di batu dan terjebak di antaranya.
Sungai berikut yang layak untuk diarungi yaitu sungai Ma’iting yang juga terletak di kabupaten Tanah Toraja yang berada di daerah Makale. Durasi pengarungan hanya tiga jam. Cukup pantas sebagai sarana melemaskan otot-otot tubuh. Ini karena sebelum start terdapat jeram untuk berlatih, namanya pun Jeram Latihan. Namun ternyata Jeram Latihan tidak sebaiknya dilewati karena bentuknya berkelok-kelok, di penutupan jeram ada patahan sungai yang menimbulkan hole (pusaran air) berbahaya. Apalagi ditambah di depannya arus membelok. Bisa-bisa awak yang tak siap akan terlempar,atau perahu bisa menempel pada batu besar didepannya. Jeram pertama yang akan kita temui disungai ma’iting adalah jeram ‘Sella’. Tingginya sekitar dua meter dan jatuh dengan kemiringan 90 derajat. Dengan alur sempit dan terapit batu besar di kiri dan tebing terjal di kanan perahu. Jeram ini bisa dikategorikan dalam tingkat kesulitan III dari VI tahap kesulitan dalam berarung jeram. Lepas dari jeram ‘Sella’ kita kan terus dihadang patahan-patahan dan lubuk-lubuk berbentuk pusaran air. Kekuatan mendayung di sini sangat diperlukan karena kalau tidak, pusaran air bisa menyergap perahu dan membalikkannya.Setelah jeram Sella, kita akan menemukan sebuah jeram bernama ‘Tabrakan’. Dinamakan seperti itu karena untuk bisa melewatinya perahu harus menabrak batu besar terlebih dahulu. Sepanjang perjalanan juga terlihat banyak binatang jenis biawak yang mirip Iguana merayap di batuan pinggir sungai. Binatang melata ini sanggup melompat ke dalam air dan menyelam berlama-lama di dalamnya. Selain iguana juga banyak satwa yang lain, aneka jenis burung, kupu-kupu dan ular. Di beberapa bagian tebing banyak air terjun berhamburan bak pancuran raksasa menyiram. Setelah itu semua penampang berubah menjadi meluas dan menyajikan pemandangan indah memikat mata. Tinggal ada jeram-jeram kecil saja setelahnya. Tak berapa lama kemudian kita akan sampai dipintu keluar sungai Maiting.
Seseudah mengarungi jeram-jeram ganas sungai di Tanah Toraja, daerah yang berikutnya di Sulawesi-Selatan menjadi tampat pengarungan yaitu kabupaten Luwu’ Utara. Dimana dareah ini terdapat dua sungai yang cukup representatif untuk di arungi.
Sungai Balease, sungai ini berada di kawasan Luwu Utara, sungai yang berhulu dari pegunungan Balease ini berakhir hilirnya di Teluk Bone. Titik awal pengarungan sungai ini yaitu sebuah desa di pinggir sungai Balease yang bernama Desa Saluseba, Desa yang berada ditengah hutan ini harus ditempuh dengan kuda beban, karena belum ada transportasi
menuju kesana. Ada beberapa jeram yang mempunyai grade yang sangat tinggi di sungai ini diataranya jeram yang posisi ada sewaktu akan memasuki daerah Salu Pao, selain itu jeram Limbong Dewata juga tidak kalah sulitnya, di jeram ini terdapat under cut. Ada lagi sebuah jeram disungai ini yang perlu diwaspadai yaitu jeram Salu Manuk. Jeram ini panjang dan tidak beraturan dan ditengah jeram ini terdapat sebuah batu besar yang bisa menyebabkan perahu tertahan. Titik akhir pengarungan adalah Desa Pincara.
Sungai Rongkong tergolong sungai kelas 3 dan 4, dengan gradient 12 sampai 15m/km, tidak terlalu curam, tidak banyak dijumpai jeram-jeram berbahaya dan undercut. Walupun alirannya yang cukup deras namun sungai ini cukup aman untuk diarungi. Pemandangan hutan alam tropis yang indah akan kita jumpai sepanjang perjalanan, dan fauna khas seperti iguana Sulawesi maupun Kadal terbang, akan sering kita jumpai sepanjang pengarungan.
Itulah gambaran beberapa sungai yang sering menjadi medan pengarungan jeram-jeram ganas dan eksotis di Sulawesi-Selatan yang selalu menawarkan tantangan bagi pedu olah raga Rafting atau arung jeram di Indonesia mapun dari luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar